Demikianlah
yang Aku dengar, suatu ketika Hyang Buddha berdiam di Shravasti, di Hutan Jeta, bersama-sama dengan sekumpulan
Bhiksu-Bhiksu besar, yang seluruhnya berjumlah 1.250, dan Para Bodhisattva,
yang semuanya berjumlah 38.000.
Pada saat
itu, Sang Bhagava memimpin Kumpulan Besar tersebut dalam perjalanan menuju
Selatan. Tiba-tiba rombongan Hyang Buddha menjumpai seonggok tulang Manusia di
samping jalan. Hyang Bhagava berpaling menghadapi-nya, dan bersikap anjali
dengan penuh hormat. Guru Buddha lalu menghampiri sekumpulan tulang tersebut, seraya
bersujud dan memberi hormat.
Ananda dan
anggota rombongan lain-nya tidak mengerti mengapa Guru Buddha bertindak
demikian. Ananda dengan bersikap anjali kemudian bertanya kepada Sang Bhagava, "Tathagata
adalah Guru Agung dari Tri Loka dan Bapak yang Terkasih dari Makhluk-makhluk
yang berasal dari Empat Jenis Kelahiran. Beliau dihormati dan dicintai oleh
seluruh Umat. Apakah sebab-nya kini Beliau menghormati seonggok tulang-tulang
kering ?"
Buddha
lalu menjawab kepada Ananda, "Meskipun Kalian adalah Siswa-siswa-Ku yang
utama dan telah lama menjadi Anggota Sangha, namun pengertian Kalian belum
cukup. Onggokan tulang ini mungkin adalah
milik Para Leluhur-Ku pada kehidupan yang lalu. Bagaimana mungkin Manusia tidak
menghormati Orangtua-nya, karena itulah Aku bersujud dan menghormat".
* * *
Sang
Buddha menerangkan lebih lanjut kepada Ananda, "Tulang - tulang yang kita
lihat ini dapat-lah dibagi menjadi dua kelompok. Yang satu adalah tulang-tulang
Pria, yang berat dan putih warna-nya. Kelompok yang lain adalah tulang-tulang
Wanita, yang ringan dan warna-nya hitam."
Ananda,
lalu berkata, "Duhai Sang Bhagava, saat masih hidup di Dunia Para Pria
menghiasi badan mereka dengan jubah, pengikat pinggang, sepatu, topi dan
pakaian-pakaian indah lain-nya untuk menunjukkan bahwa mereka adalah Pria
perkasa. Ketika masih hidup Para Wanita, mereka mengenakan kosmetik, minyak
wangi, bedak dan wangi-wangian yang menarik untuk menghiasi tubuh mereka, sehingga
dengan jelas menampakkan kewanitaan-nya.
Namun
tatkala Para Pria dan Wanita itu meninggal, semua yang tertinggal adalah
tulang-tulang. Bagaimana seseorang dapat
membedakan-nya ? Mohon ajari-lah kami Guru, bagaimana cara membedakan-nya ?"
Buddha
menerangkan, "Semasa hidup di Dunia ada Pria yang rajin memasuki Vihara, mendengarkan
penjelasan tentang Sutra dan Vinaya, menghormati Tri Ratna. Karena Kebajikan-nya
luar biasa, tatkala mereka meninggal tulang-tulang-nya menjadi berat dan putih
warna-nya.
Wanita
pada umum-nya kurang bijaksana dan terbawa emosi. Mereka melahirkan dan
membesarkan Anak-anak, sebagai suatu kewajiban. Setiap Anak meminum 1.200 galon
susu Ibu-nya. Ibu menjadi letih dan menderita, dan karena-nya tulang-tulang
mereka berubah menjadi hitam dan ringan ketika mereka meninggal."
* * *