Ketika
Ananda mendengar kata-kata ini, dia merasakan kepedihan dalam Hati-nya, karena
seolah-olah telah tertusuk pedang dan karena-nya ia diam-diam menangis. Dia
mengatakan kepada Sang Bhagava, "Bagaimana-kah
cara-nya seseorang dapat membalas Kasih dan Kebaikan Ibu-nya ?"
Sang
Buddha mengatakan kepada Ananda, "Dengarkan-lah baik-baik, Aku akan jelaskan hal ini kepada-Mu dengan
terperinci.
Janin
tumbuh dalam kandungan selama sepuluh bulan perhitungan Candra Sengkala. Alangkah
menderita-nya Ibu selama Janin berada di situ !
Pada bulan Pertama
kehamilan,
hidup Janin tidak-lah
menentu seperti titik embun pada daun yang kemungkinan tidak akan bertahan dari
pagi hingga sore, tetapi akan menguap pada tengah hari!"
Pada bulan ke-2,
Janin menjadi kental
seperti susu kental.
Pada bulan ke-3,
Ia seperti darah yang
mengental.
Hingga pada bulan
ke-4,
Janin mulai berwujud
sedikit seperti Manusia.
Selama bulan ke-5
dalam kandungan,
ke-lima anggota badan
Anak (dua kaki, dua tangan, dan kepala) mulai terbentuk.
Pada bulan ke-6
kehamilan,
Anak mulai
mengembangkan inti ke enam alat indera-nya yaitu mata, telinga, hidung, lidah,
badan dan pikiran.
Selama bulan ke-7,
ke tiga ratus enam
puluh tulang-tulang dan persendian terbentuk, dan ke delapan puluh empat ribu
pori-pori rambut juga telah sempurna.
Dalam bulan ke-8
kehamilan,
kecerdasan dan
ke-sembilan lubang terbentuk.
Pada bulan ke-9,
Janin suka menggerakkan
tangan dan kaki-nya membuat Ibu tidak nyaman dan kehilangan selera makan. Janin
telah belajar menyerap berbagai zat makanan, misal-nya Janin dapat menyerap
sari buah-buahan, akar tanaman tertentu, dan ke-lima macam padi-padian. Selama
kehamilan, pembekuan darah Ibu dari organ-organ dalam-nya membentuk zat tunggal
yang menjadi makanan Anak.
Selama bulan ke-10
kehamilan,
badan Janin
disempurnakan dan siap untuk dilahirkan.
Setelah
sepuluh bulan merasakan kesusahan, darah Ibu akan mengalir deras seperti sungai
agar Janin bisa lahir dengan sempurna.
Bila Janin
ini kelak akan menjadi Anak yang ber-Bakti, dia akan lahir dengan telapak tangan
disatukan sebagai Hormat dan kelahiran itu akan aman dan baik. Ibu-nya tidak
akan terluka oleh kelahiran-nya dan tidak membawa derita kesakitan bagi Sang
Ibu.
Tetapi,
bila Anak tersebut akan menjadi pembangkang maka ia akan merusak dan melukai
kandungan Ibu-nya, membuat-nya sangat menderita, saat melahirkan Ibu akan
merasa seperti disayat seribu pisau atau seperti ribuan pedang yang menikam
jantung-nya, mengoyak hati dan jantung, menyangkut di tulang Ibu-nya. Itu-lah
kesakitan yang dialami saat kelahiran Anak yang nakal dan pembangkang.
Sebagai
seorang Anak, Kita tidak boleh melupakan penderitaan Orangtua, dalam merawat dan membesarkan Kita. Jika Kita lupa, Kita bahkan lebih kejam dan
jahat dari Binatang buas.
* * *