Halaman

Bagaimana membalas atau mengembalikan Kebaikan yang mendalam dari ke-dua Orangtua kami ?

Setelah mendengar uraian Guru Buddha tentang betapa dalam-nya Kebaikan Orangtua, banyak yang menjatuhkan diri mereka ke tanah dan bersujud dalam kesedihan. Sebagian pingsan, yang lain menghentakkan kaki-nya ke tanah. Bahkan ada yang berdarah karena terluka dan sedih. Dengan suara lantang mereka meratap : "Sungguh menderita-nya ! Alangkah sakit-nya ! Betapa menyakitkan ! Anak yang telah menyakiti Hati Orangtua-nya."


"Kami semua bersalah. Kami semua seperti penjahat yang tidak pernah sadar yang hidup bermabuk-mabukan. Kami tidak sadar betapa dalam-nya kelalaian kami. "Seperti mereka yang berjalan di malam yang gelap. Kami baru sekarang menyadari kesalahan-kesalahan kami dan Hati kami tercabik-cabik. Dengan mendengarkan uraian Hyang Buddha kami terbangun dari Alam mimpi yang panjang." "Kami hanya berharap Tathagata mengasihi dan menyelamatkan kami. Mohon ajari-lah, 


Bagaimana membalas atau mengembalikan Kebaikan yang mendalam dari ke-dua Orangtua kami."



Pada waktu itu Tathagata memakai delapan macam suara yang sangat dalam dan bersih, seraya berkata kepada Kumpulan Besar itu, "Kalian semua harus mengerti dan mengetahui ini, sekarang akan Ku-jelaskan beberapa segi dari hal ini."



1. "Bila seseorang memikul Ayah-nya dengan bahu kiri-nya dan Ibu-nya dengan bahu kanan-nya dan oleh karena berat-nya menembus tulang sumsum-nya sehingga tulang-tulang-nya hancur menjadi debu karena beban berat mereka, dan Anak tersebut mengelilingi Puncak Semeru selama seratus ribu kalpa lama-nya, sehingga darah yang mengucur membasahi pergelangan kaki-nya, Anak tersebut belum dapat membalas Kebaikan yang mendalam dari Orangtua-nya."



2. "Bila seorang Anak selama waktu satu kalpa  yang penuh dengan kesukaran dan kelaparan, memotong sebagian dari daging badan-nya demi memberi makan ke-dua Orangtua-nya dan ini diperbuat-nya sebanyak debu yang dilalui dalam perjalanan ratusan ribu kalpa, Anak tersebut belum dapat membalas Kebaikan yang dalam dari Orangtua-nya."



3. "Bila ada seorang Anak yang demi Orangtua-nya, mengambil sebuah pisau yang tajam dan mencungkil ke-dua belah mata-nya dan mempersembahkan-nya kepada Tathagata, dan terus dilakukan-nya hingga beratus-ratus ribu kalpa, Anak tersebut masih tetap belum dapat membalas Kebaikan yang mendalam dari Orangtuanya."



4. "Bila seorang Anak demi Ayah dan Ibu-nya mengambil sebuah pisau tajam dan mengeluarkan Jantung dan Hati-nya sehingga darah mengucur dan menutupi tanah dan ini ia lakukan dalam beratus ribu kalpa, tiada sekali pun mengeluh tentang kesakitan-nya, Anak tersebut tetap belum dapat membalas Kebaikan yang besar dari Orangtua-nya."



5. "Bila seorang Anak yang demi Orangtua-nya menelan butiran-butiran besi yang mencair dan berbuat demikian hingga beratus ribu kalpa, Orang itu tetap belum dapat membalas Kebaikan yang mendalam dari Orangtua-nya."



6. "Bila seorang Anak demi Orangtua-nya, menghancurkan tulang-tulang-nya sendiri sampai ke sumsum dan melakukan-nya hingga beratus ribu kalpa, Anak tersebut itu tetap belum dapat membalas Kebaikan yang besar dari Orangtua-nya."



7. "Jika seorang Anak demi Orangtua-nya, menahan ratusan ribu pisau dan panah pada tubuh-nya, dan hal ini dilakukan-nya hingga beratus ribu kalpa, Anak tersebut tetap belum dapat membalas Budi Baik yang besar dari Orangtua-nya."



8. "Bila ada seorang Anak yang demi Orangtua-nya, dalam keadaan terbakar mempersembahkan tubuh-nya kepada Buddha, dan melakukan-nya selama ratusan ribu kalpa, Anak tersebut masih tetap belum dapat membalas Jasa Kebajikan dari Orangtua-nya."



* * *