Pelimpahan
Jasa Yang Pertama
Ketika Raja Bimbisara
mempersembahkan dana pada hari pertama, delapan puluh empat ribu Mahluk Peta
(setan) yang merupakan Leluhur-nya, di dalam pembebasan dari perilaku mereka
yang buruk pada Zaman Buddha Pussa, gagal untuk memperoleh Jasa Kebajikan yang
dilakukan oleh Raja Bimbisara. Mereka menanti sampai tiba malam hari, kemudian
dengan penuh kemarahan mereka membuat suara-suara yang menakutkan dan
menampakkan diri mereka ke hadapan Raja
Bimbisara. Ketika Raja mengunjungi Veluvana keesokan hari-nya, ia menceritakan
apa yang terjadi semalam kepada Sang Buddha.
Sang Guru Agung menjawab : "Raja
Mulia, sembilan puluh dua putaran waktu di masa yang lampau, pada Zaman
kehidupan Buddha Pussa, Para Mahluk Peta ini adalah Leluhur-mu. Mereka memakan
makanan yang seharusnya mereka persembahkan kepada Anggota Sangha, karena
perbuatan buruk yang mereka lakukan itu-lah, yang menyebabkan mereka terlahir
di Alam Peta (Alam Sengsara).
Dengan melalui begitu panjang
lingkaran-lingkaran kelahiran, mereka bertanya kepada Buddha Kakusandha, Buddha
Konagamana, dan Buddha Kassapa kapan mereka akan memperoleh makanan, Para
Buddha itu berkata bahwa mereka tidak akan mendapat makanan pada zaman mereka,
tetapi harus menunggu sampai Buddha yang akan datang muncul dan akan memperoleh
jawaban dari-Nya. Mereka terus menunggu, dan ketika Buddha Kassapa muncul,
mereka bertanya kepada-Nya.
Dan Sang Buddha Kassapa menjawab,
"Kalian tidak akan mendapat makanan pada zaman-Ku ini; tetapi sesudah Aku,
akan muncul Buddha Gotama. Pada saat itulah keturunan kalian yang bernama
Bimbisara akan menjadi Raja; ia akan mempersembahkan makanan kepada Buddha
Gotama dan pada waktu itu-lah kalian akan memperoleh makanan."
Setelah menanti dalam waktu yang
amat panjang mereka berharap dengan gembira akan dapat menerima pelimpahan jasa
yang kamu lakukan; karena itu-lah mereka mengamuk dan bertindak seperti semalam
karena dana yang kamu berikan tidak dilimpahkan kepada mereka, dan mereka gagal
mendapatkan Jasa buah kebajikan yang kamu lakukan."
"Tetapi, Yang Mulia, kalau saya
mempersembahkan dana sekarang, apakah mereka akan memperoleh Jasa Kebajikan ini
?". "Ya, Raja Mulia."
Pada keesokan hari-nya Raja
mengundang Sang Buddha beserta murid-Nya, untuk menerima persembahan makanan dan minuman
yang berlimpah-limpah, dan berkata: "Yang
Mulia, semoga makanan dan minuman yang saya persembahkan ini diterima pula oleh
Mahluk-mahluk di Alam Peta." Dan seketika itu pula, ketika Raja Bimbisara
melimpahkan Jasa Kebajikan yang dilakukan-nya, Mahluk-mahluk di Alam peta itu
segera dapat menerima makanan dan minuman dengan penuh kebahagiaan.
Pada keesokan hari-nya, Para Mahluk
Peta itu menampakkan diri-nya dengan tidak berpakaian. Raja berkata kepada Sang
Buddha: "Hari ini, Yang Mulia, para mahkluk peta menampakkan diri-nya
dengan tidak berpakaian," dan ia bertanya apa yang harus dilakukan-nya. Sang
Guru Agung menjawab : "Raja Mulia, kamu memang belum memberikan mereka
pakaian."
Pada keesokan hari-nya, Raja
Bimbisara mempersembahkan jubah kepada Sang Buddha dan para murid-Nya, lalu
berkata : "Semoga persembahan yang saya lakukan ini dapat diterima oleh
Para Mahluk Peta, berupa pakaian." Dengan
seketika itu pula, setelah mereka memperoleh Kebajikan yang dilakukan oleh
keturunan-nya ini, mereka langsung berpakaian indah, dan langsung pindah dari
Alam Peta ke Alam Surga.
Ketika Sang Buddha mengucapkan
anumodana, Beliau lalu mengucapkan syair Tirokudda Sutta :
Di luar dinding mereka berdiri dan menanti,
di persimpangan-persimpangan jalan,
mereka kembali ke rumah yang dulu dihuni-nya,
dan menanti di muka pintu.
Tetapi bila diadakan pesta yang meriah,
dengan makanan dan minuman yang berlimpah,
ternyata tidak seorang pun yang ingat kepada
mahluk-mahluk itu,
yang merupakan Leluhur mereka.
Hanya mereka yang hati-nya penuh welas asih,
memberikan persembahan kepada Sanak Keluarga-nya,
berupa makanan dan minuman yang lezat, baik,
dan disukai pada waktu mereka masih hidup. "Semoga buah Jasa-jasa baik kita, melimpah kepada Sanak keluarga yang
telah meninggal. Semoga mereka berbahagia."
Sanak Keluarga kita yang sedang berkumpul di
tempat ini
dengan gembira akan memberikan restu mereka
karena diberi makanan dan minuman yang
berlimpah.
"Semoga Sanak Keluargaku berusia panjang
sebab karena mereka-lah kami memperoleh sajian uang lezat ini."
"Karena kami diberi penghormatan yang
tulus maka yang memberinya pasti akan memperoleh buah jasa yang setimpal
Karena di sini tidak ada pertanian dan juga
tidak ada peternakan tidak ada perdagangan juga tidak ada peredaran uang dan
emas."
Sanak Keluarga kita
yang telah meninggal hidup di sana dari pemberian kita di sini.
Bagaikan air mengalir dari atas bukit
turun ke bawah untuk mencapai lembah yang
kosong,
demikian pula sesajian yang diberikan
dapat menolong Sanak Keluarga kita yang telah
meninggal
Bagaikan sungai,
bila air-nya penuh akan mengalirkan air-nya ke
laut,
demikian pula sesajian yang diberikan
dapat menolong Sanak Keluarga kita yang telah
meninggal,
"Ia
memberi kepada-ku, ia bekerja untuk-ku,
ia Sanak Keluarga-ku,
ia Sahabat-ku, Kerabat-ku."
Memberikan sesajian
kepada mereka yang telah meninggal dunia
dan mengingat kembali
kepada apa yang biasa mereka lakukan.
Bukan ratap tangis, bukan kesedihan hati,
bukan berkabung dengan cara apapun juga
untuk menolong mereka yang telah meninggal
dunia
yang dilakukan Sanak Keluarga yang telah
ditinggalkan.
Tetapi bila persembahan ini dengan penuh bakti
diberikan kepada Sangha atas nama Mereka
dapat menolong mereka untuk waktu yang panjang
di kemudian hari maupun pada saat ini.
Telah diperlihatkan hakikat sesungguhnya
dari sesajian bagi Sanak Keluarga
dan bagaimana penghormatan yang lebih bernilai
dapat diberikan kepada mereka
serta bagaimana Para Bhikkhu mendapat kekuatan
dan bagaimana Anda sendiri
dapat menimbun buah karma yang baik.
Pada saat Sang Buddha selesai
mengucapkan syair ini, delapan puluh empat ribu mahluk memperoleh pengertian
Dhamma Yang Mulia.
Sumber
:
Sang
Buddha Pelindungku V, website Buddhis Samaggi Phala